إنَّ ممَّا أدْرَكَ النَّاسُ مِن كَلامِ النُّبُوَّةِ، إذا لَمْ تَسْتَحْيِ فاصْنَعْ ما شِئْتَ
“Sesungguhnya diantara hal yang sudah diketahui manusia yang merupakan perkataan para Nabi adalah perkataan: ‘jika engkau tidak punya malu, lakukanlah sesukamu'”
لكلِّ عملٍ شِرَّةٌ ولكلِّ شِرَّةٍ فترةٌ فإنْ كان صاحبُها سادًّا وقاربًا فارجوه وإنْ أُشير إليه بالأصابعِ فلا تعُدُّوه
“Setiap amalan ada masa semangatnya, dan setiap masa semangat ada masa futurnya. Jika orang yang futur tersebut menutup celah (kemaksiatan) dan mendekatkan diri kepada Allah, maka ia masih bisa diharapkan. Namun jika ia menunjuk dengan jari-jarinya (ia mendekati maksiat), maka jangan kalian harapkan lagi ia.”
الإِيمانُ بضْعٌ وسَبْعُونَ، أوْ بضْعٌ وسِتُّونَ، شُعْبَةً، فأفْضَلُها قَوْلُ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وأَدْناها إماطَةُ الأذَى عَنِ الطَّرِيقِ، والْحَياءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمانِ
“Iman itu ada tujuh puluh sekian cabang, yang paling utama adalah perkataan laailaha illallah, dan yang terendah adalah menyingkirkan duri dari jalan”
جاء رجلٌ فقال: يا رسولَ اللهِ: أرأيت رجلاً غزا يلتمسُ الأجرَ والذكرَ ما له؟ قال لا شيءَ له, فأعادها ثلاثًا كلُّ ذلك يقولُ: لا شيءَ له ، ثم قال رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إن اللهَ لا يَقبلُ من العملِ إلا ما كان له خالصًا وابْتُغىَ به وجهُه
“Datang seorang lelaki ia berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika ada seorang yang berperang untuk mendapat pahala sekaligusnya juga mencari nama, apa yang ia dapatkan? Nabi bersabda: dia tidak dapat apa-apa. Penanya tadi mengulang pertanyaannya 3x. Maka Nabi tetap mengatakan: ia tidak dapat apa-apa. Kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Allah tidak menerima amalan kecuali yang ikhlas dan hanya mengharap wajah-Nya”