إنَّ أحسابَ أهلِ الدنيا الذين يذهبونَ إليه هذا المالُ
“Sesungguhnya ahsab (kemuliaan) bagi penduduk dunia, yang senantiasa mereka kejar-kejar, adalah harta”
إنَّ أهْلَ الجَنَّةِ يَتَرَاءَوْنَ أهْلَ الغُرَفِ مِن فَوْقِهِمْ، كما يَتَرَاءَوْنَ الكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الغَابِرَ في الأُفُقِ، مِنَ المَشْرِقِ أوِ المَغْرِبِ، لِتَفَاضُلِ ما بيْنَهُمْ قالوا يا رَسولَ اللَّهِ تِلكَ مَنَازِلُ الأنْبِيَاءِ لا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ، قالَ: بَلَى والذي نَفْسِي بيَدِهِ، رِجَالٌ آمَنُوا باللَّهِ وصَدَّقُوا المُرْسَلِينَ
“Sesungguhnya penduduk surga, bisa saling melihat dengan ahlul ghurfah (penduduk surga yang tinggi tingkatannya). Sebagaimana mereka melihat bintang yang terang di langit, yang memancarkan cahaya di ufuk dari timur ke barat. Karena mereka penduduk surga itu bertingkat-tingkat. Para sahabat bertanya: “wahai Rasulullah, apakah tingkatan yang tinggi itu adalah tempatnya para Nabi dan tidak bisa digapai oleh selain mereka?”. Rasulullah menjawab: “(tidak demikian), bahkan demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, itu adalah tempatnya orang-orang yang beriman (dengan benar) kepada Allah dan membenarkan ajaran para Rasul”.”
فِي الجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أبْوَابٍ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ، لا يَدْخُلُهُ إلَّا الصَّائِمُونَ
“Di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa”
يا رسولَ اللَّهِ أيُّ النَّاسِ أشدُّ بلاءً قالَ الأنبياءُ ثمَّ الأمثَلُ فالأمثَلُ يُبتَلَى العبدُ علَى حَسبِ دينِهِ فإن كانَ في دينِهِ صَلبًا اشتدَّ بلاؤُهُ وإن كانَ في دينِهِ رقَّةٌ ابتُلِيَ علَى حَسبِ دينِهِ فما يبرَحُ البلاءُ بالعبدِ حتَّى يترُكَهُ يَمشي علَى الأرضِ وما علَيهِ من خَطيئةٍ
“Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaannya?”. Beliau menjawab: “para Nabi, kemudian yang semisal mereka (pengikut para Nabi), kemudian yang semisal mereka (orang yang meneladani pengikut para Nabi). Seseorang diberi cobaan tergantung pada keadaan agamanya. Jika teguh agamanya, maka cobaannya semakin berat. Jika goyah agamanya, maka cobaannya sesuai dengan kadar agamanya. Maka cobaan terus menimpa hamba (yang shalih) sampai ia berjalan di muka bumi tanpa memiliki dosa lagi”
يا رسولَ اللَّهِ أيُّ النَّاسِ أشدُّ بلاءً قالَ الأنبياءُ ثمَّ الأمثَلُ فالأمثَلُ يُبتَلَى العبدُ علَى حَسبِ دينِهِ فإن كانَ في دينِهِ صَلبًا اشتدَّ بلاؤُهُ وإن كانَ في دينِهِ رقَّةٌ ابتُلِيَ علَى حَسبِ دينِهِ فما يبرَحُ البلاءُ بالعبدِ حتَّى يترُكَهُ يَمشي علَى الأرضِ وما علَيهِ من خَطيئةٍ
“Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaannya?”. Beliau menjawab: “para Nabi, kemudian yang semisal mereka (pengikut para Nabi), kemudian yang semisal mereka (orang yang meneladani pengikut para Nabi). Seseorang diberi cobaan tergantung pada keadaan agamanya. Jika teguh agamanya, maka cobaannya semakin berat. Jika goyah agamanya, maka cobaannya sesuai dengan kadar agamanya. Maka cobaan terus menimpa hamba (yang shalih) sampai ia berjalan di muka bumi tanpa memiliki dosa lagi”