استطاعَ منكم أنْ يكونَ لَهُ خَبْءٌ مِنْ عمَلٍ صالِحٍ فلْيَفْعَلْ
“Barangsiapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyi, maka lakukanlah”
نَهَى عن الغناءِ ، والاستماعِ إلى الغناءِ ، وعن الغِيبَةِ ، والاستماعِ إلى الغِيبَةِ ، وعن النميمةِ ، والاستماعِ إلى النميمةِ
“Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam melarang memainkan ghina' (nyanyian) dan mendengarkannya. Beliau juga melarang ghibah dan melarang mendengarkannya. Beliau juga melarang namimah dan melarang mendengarkannya.”
أَصْدَقُ كَلِمَةٍ قالَها الشَّاعِرُ كَلِمَةُ لَبِيدٍ: أَلا كُلُّ شيءٍ ما خَلا اللَّهَ باطِلُ ، وكادَ أُمَيَّةُ بنُ أبِي الصَّلْتِ أنْ يُسْلِمَ
“Sya'ir paling benar yang pernah diungkapkan orang Arab ialah syairnya Labid. Ia berkata: Ketahuilah, segala sesuatu selain Allah itu pasti binasa. Sampai-sampai Umayyah bin Abi ash-Shalt hampir saja masuk Islam.”
من سأل من غير فقرٍ فكأنما يأكلُ الجَمْرَ
“Siapa yang meminta-minta kepada manusia padahal ia tidak fakir, seakan-akan ia memakan bara api”
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ رَسولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، إذْ نَظَرَ إلى القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ، فَقالَ: أَما إنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كما تَرَوْنَ هذا القَمَرَ، لا تُضَامُّونَ في رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لا تُغْلَبُوا علَى صَلَاةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ، وَقَبْلَ غُرُوبِهَا، يَعْنِي العَصْرَ وَالْفَجْرَ، ثُمَّ قَرَأَ جَرِيرٌ {وَسَبِّحْ بحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا}[طه:130]
“Jarir berkata: Kami pernah duduk-duduk disisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba beliau melihat bulan di malam purnama dan berujar; "Ketahuilah, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, kalian tidak kesulitan melihatnya, sekiranya kalian mampu untuk tidak keberatan mendirikan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maksudnya shalat ashar dan shubuh (fajar)." Kemudian Jarir membacakan ayat "Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya" (QS. Thaha: 130)”