إنَّ للهِ تَبَارَكَ وتَعالَـى عُتَقاءَ في كُلِّ يَوْمٍ ولَيلَةٍ -يَعْني في رَمضانَ-، وإنَّ لكُلِّ مُسْلِمٍ في كُلِّ يَوْمٍ ولَيلَةٍ دَعْوَةً مُستَجابَةً
“Sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta'ala memberi kesempatan bebas dari api neraka di setiap hari dan malam bulan Ramadhan. Dan setiap Muslim memiliki doa yang mustajab di setiap hari dan malamnya.”
إنَّ اللهَ لا يَظلِمُ المُؤمِنَ حَسَنةً، يُثابُ عليها الرزقَ في الدُّنيا، ويُجْزى بها في الآخِرةِ، وأمَّا الكافرُ فيُطعَمُ بحسناتِه في الدُّنيا، فإذا لقِيَ اللهَ يومَ القيامةِ، لم تكُنْ له حَسَنةٌ يُعْطى بها خَيرًا
“Allah 'Azza wa Jalla tidak akan menzalimi satu kebaikan pun dari seorang Mukmin. Kebaikannya akan dibalas dengan rezeki di dunia dan akan ganjar juga dengan kebaikan di akhirat. Adapun orang kafir, akan dibalas kebaikannya di dunia yang ia amalkan karena Allah. Namun ketika ia bertemu dengan Allah 'Azza wa Jalla di hari kiamat, tidak ada kebaikan yang diberikan baginya”
إنَّ اللهَ لا يَظلِمُ المُؤمِنَ حَسَنةً، يُثابُ عليها الرزقَ في الدُّنيا، ويُجْزى بها في الآخِرةِ، وأمَّا الكافرُ فيُطعَمُ بحسناتِه في الدُّنيا، فإذا لقِيَ اللهَ يومَ القيامةِ، لم تكُنْ له حَسَنةٌ يُعْطى بها خَيرًا
“Allah 'Azza wa Jalla tidak akan menzalimi satu kebaikan pun dari seorang Mukmin. Kebaikannya akan dibalas dengan rezeki di dunia dan akan ganjar juga dengan kebaikan di akhirat. Adapun orang kafir, akan dibalas kebaikannya di dunia yang ia amalkan karena Allah. Namun ketika ia bertemu dengan Allah 'Azza wa Jalla di hari kiamat, tidak ada kebaikan yang diberikan baginya”
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي الْخَلَاءَ فَيَقْضِي الْحَاجَةَ ، ثُمَّ يَخْرُجُ فَيَأْكُلُ مَعَنَا الْخُبْزَ ، وَاللَّحْمَ ، وَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ ، وَلَا يَحْجُبُهُ ، وَرُبَّمَا قَالَ : لَا يَحْجُزُهُ عَنِ الْقُرْآنِ شَيْءٌ إِلَّا الْجَنَابَةُ
“Dahulu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah pergi ke WC untuk buang hajat, lalu beliau keluar. Lalu beliau makan bersama kami yaitu roti dan daging. Lalu beliau membaca Al Qur’an. Dan tidak ada yang menghalangi beliau dari membaca Al Qur’an kecuali janabah (junub)”
لَمَّا نَزَلَتْ: {الَّذِينَ آمَنُوا ولَمْ يَلْبِسُوا إيمانَهُمْ بظُلْمٍ} [الأنعام: 82] شَقَّ ذلكَ علَى أصْحابِ رَسولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، وقالوا: أيُّنا لا يَظْلِمُ نَفْسَهُ؟ فقالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: ليسَ هو كما تَظُنُّونَ، إنَّما هو كما قالَ لُقْمانُ لاِبْنِهِ: {يا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ باللَّهِ إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]
“Ketika turun ayat: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman” (QS. Al An’am: 82). “Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah! Siapa di antara kami yang tidak pernah berbuat zalim pada dirinya sendiri?’ Maka Nabi menjelaskan, ‘Makna ayat [tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman] tidak sebagaimana yang kalian pahami. Namun maksudnya (adalah) kesyirikan. Bukankah kalian mendengar perkataan Luqman kepada anaknya, ‘Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman terbesar?’” (QS. Luqman: 13)”