عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عنْهمَا قالَ: الصِّيَامُ لِمَن تَمَتَّعَ بالعُمْرَةِ إلى الحَجِّ إلى يَومِ عَرَفَةَ، فإنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا ولَمْ يَصُمْ، صَامَ أيَّامَ مِنًى
“Dari Ibnu Umar radhiallahu'anhuma berkata: Puasa bagi orang yang berhaji tamattu' di hari Arafah. Bagi mereka yang tidak memiliki hadyu maka mereka puasa. Mereka puasa di hari-hari Mina.”
أنَّ الحارِثَ بنَ هِشامٍ رَضِيَ اللَّهُ عنْه سَأَلَ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فقالَ: يا رَسولَ اللَّهِ، كيفَ يَأْتِيكَ الوَحْيُ؟ فقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أحْيانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الجَرَسِ، وهو أشَدُّهُ عَلَيَّ، فيُفْصَمُ عَنِّي وقدْ وعَيْتُ عنْه ما قالَ، وأَحْيانًا يَتَمَثَّلُ لِيَ المَلَكُ رَجُلًا فيُكَلِّمُنِي فأعِي ما يقولُ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا
“Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah, bagaimana cara wahyu turun kepadamu?". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun menjawab: "Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng, dan cara ini yang paling berat untukku. Kemudian suara tersebut pun terhenti, sehingga aku bisa memahami apa yang diwahyukan. Dan terkadang datang Malaikat dalam rupa seorang laki-laki, lalu ia berbicara kepadaku. Maka aku pun mengikuti apa yang ia ucapkan". Aisyah berkata: "Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat dingin, lalu terhenti. Dan aku lihat dahi beliau mengucurkan keringat".”
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ انْطَلَقَ، حَتَّى لَا يَرَاهُ أَحَدٌ
“Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam jika ingin buang air beliau pergi menjauh sampai tidak terlihat oleh siapapun”
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ انْطَلَقَ، حَتَّى لَا يَرَاهُ أَحَدٌ
“Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam jika ingin buang air beliau pergi menjauh sampai tidak terlihat oleh siapapun”
إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ، أَوِ الْمُؤْمِنُ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَتْ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ، أَوْ نَحْوَ هَذَا - وَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَتْ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ - حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوبِ
“Apabila seorang muslim atau mukmin berwudhu lalu membasuh mukanya, maka keluarlah dosa-dosa wajahnya ketika ia bermaksiat dengan matanya bersama dengan tetesan air wudhu atau akhir dari percikan air wudhu. Ketika ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dosa-dosa yang dilakukan kedua tangannya bersama dengan tetesan air wudhu atau bersama percikan akhir yang terakhir. Ketika ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah dosa-dosa yang dilakukan kakinya bersama air atau bersama percikan air yang terakhir hingga akhirnya ia benar-benar bersih dari segala dosa.”