مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فلا يُؤْذِ جارَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah mengganggu tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ucapkanlah yang baik atau diam”
استطاعَ منكم أنْ يكونَ لَهُ خَبْءٌ مِنْ عمَلٍ صالِحٍ فلْيَفْعَلْ
“Barangsiapa yang mampu untuk memiliki amalan shalih yang tersembunyi, maka lakukanlah”
إذا أَحَبَّ اللهُ عبدًا دَعا جبريلَ فقالَ: إنِّي قد أَحْبَبتُ فلانًا فأَحِبَّه، قال: فيُحِبُّه جبريلُ، قال: ثمُّ يُنادي في السَّماءِ: إنَّ اللهَ قد أَحَبَّ فلانًا، فأَحِبُّوه، قال: فيُحِبُّونه، قال: ثمَّ يضَعُ اللهُ له القَبولَ في الأرضِ، فإذا أَبغَضَ فمِثلُ ذلك
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memanggil Jibril, Allah berfirman: sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka hendaknya engkau juga mencintainya. Kemudian Jibril pun mencintai si Fulan. Kemudian Jibril berseru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah telah mencintai si Fulan, maka hendaknya kalian mencintai dia. Maka para penduduk langit pun mencintai si Fulan. Kemudian Allah akan menjadikan penduduk bumi menerima si Fulan. Demikian juga yang terjadi jika Allah membenci orang hamba”
نَهَى عن الغناءِ ، والاستماعِ إلى الغناءِ ، وعن الغِيبَةِ ، والاستماعِ إلى الغِيبَةِ ، وعن النميمةِ ، والاستماعِ إلى النميمةِ
“Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam melarang memainkan ghina' (nyanyian) dan mendengarkannya. Beliau juga melarang ghibah dan melarang mendengarkannya. Beliau juga melarang namimah dan melarang mendengarkannya.”
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
“Setiap umatku akan diampuni kecuali mujahirin (orang yang berbuat maksiat terang-terangan). Seorang lelaki melakukan suatu maksiat di malam hari. Dan Allah tutup maksiat tersebut dari (orang-orang). Namun besoknya ia berkata: wahai Fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu. Di malam hari, Allah telah menutup aibnya, di pagi hari ia membuka aibnya sendiri yang telah Allah tutup”