يا رسولَ اللهِ أيُّ النَّاسِ أشدُّ بلاءً قالَ الأَنبياءُ ثمَّ الأَمثلُ فالأَمثلُ يُبتلَى الرَّجلُ علَى حسَبِ دينِهِ ، فإن كانَ في دينِهِ صلبًا اشتدَّ بلاؤُهُ ، وإن كانَ في دينِهِ رقَّةٌ ابتليَ علَى قدرِ دينِهِ ، فما يبرحُ البلاءُ بالعبدِ حتَّى يترُكَهُ يمشي علَى الأرضِ وما علَيهِ خطيئةٌ
“Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaannya?”. Beliau menjawab: “para Nabi, kemudian yang semisal mereka (pengikut para Nabi), kemudian yang semisal mereka (orang yang meneladani pengikut para Nabi). Seseorang diberi cobaan tergantung pada keadaan agamanya. Jika teguh agamanya, maka cobaannya semakin berat. Jika goyah agamanya, maka cobaannya sesuai dengan kadar agamanya. Maka cobaan terus menimpa hamba (yang shalih) sampai ia berjalan di muka bumi tanpa memiliki dosa lagi”
مِن حُسنِ إسلامِ المرءِ ترْكُه ما لا يعنيهِ
“Sesungguhnya di antara ciri bagusnya Islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya”
يَوَدُّ أَهلُ العَافِيَةِ يَومَ القِيَامَةِ حِينَ يُعطَى أَهلُ البَلَاءِ الثَّوَابَ لَو أَنَّ جُلُودَهُم كَانَت قُرِّضَت فِي الدُّنْيَا بِالمَقَارِيضِ
“Orang-orang yang dahulu sehat di dunia kelak pada hari kiamat mereka akan cemburu kepada orang-orang yang menerima ujian (berupa sakit) ketika mereka menerima ganjaran kebaikannya. Sampai-sampai (orang yang sehat berharap) kalau saja dahulu di dunia kulit mereka dipotong dengan gunting”
السِّرُّ أفضلُ مِن العلاَنيةِ ، والعلاَنيةُ أفضلُ مِمَّن أرادَ الاقتِداءَ
“Membaca Al Qur'an dengan lirih itu lebih utama daripada terang-terangan. Membaca dengan terang-terangan (dengan ikhlas) lebih utama daripada yang membaca terang-terangan karena ingin dicontoh.”