دخل رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ على أبي سلمةَ وقد شقَّ بصرُه . فأغمضَه . ثم قال إنَّ الروحَ إذا قُبِض تبِعه البصرُ
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika mendatangi Abu Salamah yang telah meninggal, ketika itu kedua matanya terbuka. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam pun memejamkan kedua mata Abu Salamah dan bersabda: "Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka pandangan matanya mengikutinya”
أنَّ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ خَرَجَ، فَقَامَ عبدُ اللَّهِ بنُ حُذَافَةَ فَقَالَ: مَن أبِي؟ فَقَالَ: أبُوكَ حُذَافَةُ ثُمَّ أكْثَرَ أنْ يَقُولَ: سَلُونِي فَبَرَكَ عُمَرُ علَى رُكْبَتَيْهِ فَقَالَ: رَضِينَا باللَّهِ رَبًّا وبالإسْلَامِ دِينًا وبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ نَبِيًّا فَسَكَتَ
“Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam keluar dari rumahnya, lalu berdirilah Abdullah bin Hudzafah dan ia berkata: "Siapa bapak saya?". Nabi pun menjawab: "Bapakmu adalah Hudzafah". Kemudian semakin banyak pertanyaan-pertanyaan yang demikian sampai Nabi berkata: "Silakan tanyakan kepadaku semau kalian". Maka Umar pun bersimpuh di atas lututnya, kemudian berkata: "Kami ridha Allah sebagai Rabb kami, Islam sebagai agama kami dan Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam sebagai Nabi kami". Maka orang-orang pun diam”
مَنِ اتَّبَعَ جَنَازَةَ مُسْلِمٍ، إيمَانًا واحْتِسَابًا، وكانَ معهُ حتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا ويَفْرُغَ مِن دَفْنِهَا، فإنَّه يَرْجِعُ مِنَ الأجْرِ بقِيرَاطَيْنِ، كُلُّ قِيرَاطٍ مِثْلُ أُحُدٍ، ومَن صَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ رَجَعَ قَبْلَ أنْ تُدْفَنَ، فإنَّه يَرْجِعُ بقِيرَاطٍ
“Siapa yang mengantarkan jenazah seorang Muslim, karena iman dan mencari pahala, dan ia bersama mayit mulai dari menyalatkannya sampai ia dimakamkan. Maka ia pulang dengan membawa pahala dua qirath. Satu qirath sama semisal dengan guhung Uhud. Siapa yang sekedar menyalatkan jenazah kemudian dia langsung pulang sebelum mayit dimakamkan, ia pulang dengan membawa pahala satu qirath”
نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melarang kuburan dikapur, diduduki, dan dibangun”